Kisah sang Bunga Abadi



Ini adalah kisah cinta setangkai Bunga Abadi. Perjuangannya untuk terus bertahan hidup dan mencari cinta sejati. Meskipun ia terlihat rapuh, namun keteguhan hatinya begitu besar. Berkali-kali ia dikecewakan, namun keinginannya untuk terus hidup dan menjadi layak untuk dicintai begitu besar. Ini adalah kisahnya.

Bunga abadi yang indah, tumbuh subur diatas puncak gunung tertinggi. Ia rela hidup disana hanya untuk mendapatkan sinaran cinta yang penuh dari kekasihnya, Mentari. Mentari sangat mencintai sang Bunga. Begitupun sebaliknya. Tak peduli seberapa hebat angin berhembus kencang, Bunga akan tetap bertahan dipuncak sana. Meskipun ia tahu bahwa ia akan terjatuh suatu waktu.

"Aku sangat mencintaimu, Bunga. Aku berjanji, tidak akan pernah meninggalkanmu. Apapun yang terjadi" ujar sang Mentari.

Namun seketika, cinta sang Mentari mulai hilang. Malam mulai hadir menyapa. Meninggalkan sang Bunga sendiri dalam belaian angin dingin. Tak ada lagi kehangatan cinta dari sang Mentari. Mentari pergi begitu saja bersama Langit. Meninggalkan Bunga dengan harapan kosongnya. Langit begitu kejam. Ia tega membawa sang Mentari jauh dari hidupnya. Ingin rasanya sang Bunga ikut ke Langit meninggalkan Bumi. Namun ia tak kuasa. Hanya Bumi yang setia kepadanya.

Bunga dan Mentari kini berbeda. Sangat jauh berbeda. Tak bisa Bunga ikut Mentari ke Langit. Karena Bunga membenci Langit. Langit telah merampas semua kebahagiaannya, cintanya, dan harapannya. Tak bisa pula sang Mentari ikut turun ke Bumi. Karena Mentari, lebih mencintai Langit.

Sang Bunga Abadi hanya bisa menangis tersedu. Memikirkan kekasihnya yang telah pergi. Akankah ia bisa kembali tumbuh subur tanpa kekasihnya, sang Mentari?

Harapan itu mulai muncul. Sang Hujan datang menghampirinya. Ia rela menjatuhkan diri ke Bumi hanya untuk menemani sang Bunga. Membuatnya bertahan untuk hidup dan kembali mencinta. Hujan adalah pengharapan baru bagi sang Bunga Abadi. Karenanya, Bunga tahu, cinta akan datang saat cinta membutuhkan cinta. Begitu bahagianya sang Bunga saat itu. Kembali merasakan cinta, kebahagiaan dan harapan yang baru. Meski itu hanya dalam kegelapan.

Namun, seketika kebahagiaan itu menghilang. Hujanpun tak sanggup untuk terus menemani sang Bunga. Ia pergi begitu saja. Masuk terlalu jauh kedasar Bumi.

"Hujan, mengapa engkau meninggalkanku? Aku ingin terus bersamamu. Jangan tinggalkan aku." ratap sang Bunga.
Bunga tak bisa mengejarnya. Apalah daya, Bunga merasa sangat tidak berguna. Bunga kembali layu, sedih dan putus asa. Tidak ada cinta yang abadi didunia ini. Semua hanya semu. Semua hanya sementara.

Seketika, seekor Kumbang datang menghampiri. Ia hinggap begitu saja diatas kelopak sang Bunga yang indah.

"Hei, apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya sang bunga bingung.

"Aku hanya ingin meminum sarimu. Sebagai gantinya, aku akan membantumu untuk menebarkan putik sari. Agar kamu bisa terus hidup dengan Bunga-bunga baru". jelas sang Kumbang.

Bunga mulai mengerti. Kumbang datang bukan untuk mencintainya. Ia datang untuk memenuhi keinginannya saja. Bunga pun tidak mencintai sang Kumbang. Ia hanya memerlukan sang kumbang untuk terus bertahan. Mereka tidak saling mencintai. Mereka hanya saling menguntungkan. Hanya dengan cara seperti itu, sang Bunga bisa terus bertahan dan tidak merasakan kesepian yang membunuhnya.

Hanya Bumi yang setia kepadanya. Meskipun berkali-kali ia mengecewakan Bumi, namun Bumi tetap mencintainya. Sang Bunga terus berpikir dan berpikir. Inilah yang dinamakan cinta sejati. Tak peduli seberapa besar sang Bunga mengecewakan Bumi, namun Bumi terus mencintai sang Bunga. Membuatnya terus hidup. Mengeratkan pelukannya kepada akar sang Bunga. Agar Bunga bisa terus tegar meski badai datang menghampiri.

Saat itu pula sang Bunga menyadari, bahwa cinta Bumi lah yang layak ia menangkan. Bumi adalah sumber kehidupannya. Meskipun dalam gelap atau penuh cahaya, Bumi akan terus memeluknya samapai ia kehabisan usia.

Itu adalah sepenggal kisah cinta abadi dari sang Bunga Abadi. Meskipun ia berkali-kali jatuh dikecewakan, tapi cinta selalu membuatnya kembali tegar. Terima kasih untuk sang Mentari, Hujan dan Kumbang. Mereka merupakan sebuah pelajaran baru bagi sang Bunga. Mereka mengajarkan kepada Bunga, apa itu cinta. Meski hanya sesaat. Sang Bunga tidak akan pernah menyesali cintanya untuk mereka. Mereka tidak akan pernah tergantikan. Merekapun telah membuat sang Bunga sadar. Bahwa cinta yang abadi, hanyalah cinta sang Bumi. Cinta sang Rabb kepada hambanya.

Terima kasih yang amat besar kepada Bumi. Karena cintanya yang abadi, Bunga bisa terus hidup dan terus mencinta.


The End

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik lagu INFINITE - Waiting For The Moment

[Mad Clown Feat Kim Na Young] Once Again (OST Descendants of the Sun)